http://putriomsima.blogspot.com/
Hati adalah tempat kita berdiskusi,,,Pungsikan hati untuk melihat dan memahami keadaan yang ada di sekitar kita...

Jumat, 19 Agustus 2011

Kisahku di jalanan

Ini kisahku di jalanan pada bulan puasa (Ramadahan). Tepatnya kejadian ini aku alami setahun yang lalu, bukan bulan Ramadhan sekarang ini. Pada kejadian yang aku alami kali ini seakan-akan semua rasa  antri seperti semut beriringan di kepalaku, ya kesalnya aku rasa, sebelnya ada, rasa kasihan juga, bodoh apa lagi, capek, gerah karena panas. Pokoknya bila semua rasa itu di aduk aduk, bisa jadi menghasilkan api yang bergejolak besar..maka keluarlah amarah yang tak terbendungkan. Tapi untunglah aku cepat sadar dan ingat kalau aku lagi menjalankan ibadah puasa, berkat sabar..Alhamdulillah semua itu bisa ku atasi tanpa terlihat raut wajahku seperti kertas yang sudah di remuk. Tapi ujung-ujungnya aku tetap esmosi stadium empat, untung belum stadium akut.

Awal ceritanya bermula ketika itu aku pulang dari Pasar Raya. Aku keluar dari parkiran sekitar pukul 5 sorelah kira-kira, dan ambil jalur melewati jalan Bagindo Azis Chan..setelahnya aku melewati prapatan lampu merah di depan gedung Bagindo Azis Chan itu aku akan belok kanan memasuki kawasan daerah Sawahan, rencana mau mampir dulu ketempat mamakku (paman) yang sangat baik hati yang berdomisili di samping parkiran gedung BCA di kawasan Sawahan itu. Setelah aku sempat berkeluh kesah sebentar, aku kembali berada di belakang stir dan melanjutkan perjalanan balik ke rumah. Aku keluar dari parkiran gedung BCA dan celegak celinguk  mau memasuki jalan raya dan ambil ancang-ancang mau belok kiri. Setelah posisiku betul-betul berada di posisi jalan yang aman, kendraan yang aku kendalikan melaju dengan kecepatan sedang saja, soalnya akau harus bertemu lagi dengan prapatan dan lampu merah berikutnya.

Di waktu aku benar-benar sudah melihat rambu-rambu yang berdiri di kiri kanan jalan itu, aku melihat lampu kuning sudah menyala. Aku pikir sudah tidak tepat lagi waktunya untuk tetap menerobosnya..karena sebelum aku sampai di seberang sana pasti lampu merahnya sudah akan menyala, dan pastinya priiiiiittttttt akan berkumandang..dan ujung-ujungnya sidang di tempat pasti akan berlangsung dengan mengeluarkan satu atau dua helai lembaran biru untuk menyelesaikan sidang..pasti dompetku akan menangislah kalau hal itu sempat terjadi. Untunglah ke-ekstra hati-hatianku waktu itu lagi mood, jadi aku bebas. Tapi tunggu dulu... justru kasusnya itu bermula setelah aku melewati lampu merah di kawasan Sawahan tersebut.

Setelah beberapa saat aku menunggu lampu merah menyala, yang sebelumnya posisiku pastilah di paling depan atau mepet dengan zebbra cross. Pas berhenti itu,  aku sempat mengamati situasi  kendraan-kendraan yang berada di belakang mobilku, cukup banyak mobil dan motor yang  antri aku lihat. Pada saat itu sebuah kendraan Bendi (Dokar) lewat di samping kananku melewati lampu merah, sepertinya aturan lampu merah buat Bendi tidak berlaku, maka dengan santai pak kusir tetap mengendalikan kudanya melewati lampu merah dengan penumpang ada sekitar 4 orang..Bendinyapun penuh sesak dengan barang-barang. Sebelum aku melaju lagi aku lihat si Bendi sudah sampai di seberang melewati jalan Protokol. Jeda lampu merah cukup lama karena ada tiga persimpangan jalan yang harus di kontrol oleh si lampu merah. Jalan di arah kiriku adalah jalan Perintis Kemerdekaan arah ke rumah sakit M.Jamil, kampus Kedokteran Unand dan kampus Fekon lama, namun aku harus ambil jalur lurus saja menuju kawasan Indarung barulah bisa sampai ke tujuanku, yaitu rumah.

Tak lama lampu hijau kembali memberi aba-aba untukku melanjutkan perjalanan. Kendraanku bergerak dengan persneling satu, aku tak bisa langsung buru-buru..karena kendraan yang mengambil jalur kiri dari arah Perintis pun rame memasuki jalan Protokol.  Baru menempuh zebraa cross di seberangnya aku ganti persneling 2. Posisis bendi yang berpapasan denganku di lampu merah tepat berada di depanku berjarak  6 atau 7 meteran dan di selingi dengan beberapa motor yang kurang terarah juga mengambil posisi jalan. Pada saat itu tiba-tiba sebuah mobil Kijang Krista yg entah dari mana datangnya tiba-tiba mengambil peluang jalan yang agak kosong di depanku, dan langsung memotong jalan dengan kesan agak terburu-terburu,  memotong jalanku dan langsung ambil posisi kanan dari bendi di depan. Kontan saja aku kaget  dan berucap Astaghfirullah Al'azim waktu itu.

Aku ingat mobil yg berada di belakangku sewaktu ku lihat lewat kaca spion bukanlah mobil kijang melainkan mobil Sedan. Terus terang dalam hati aku sempat menggerutu dan kesal dengan pengendara mobil itu. "Dasar manusia tidak tau adat di jalanan," kira-kira seperti itu gerutuk  hatiku waktu itu. Coba saja bayangkan,  seandainya waktu itu aku tidak sempat menginjak rem..apa yang akan terjadi dg mobilnya, dengan mobilku, terlebih dengan manusia yang ada di atas Bendi itu.. Tapi, walau kelakuanya si sopir pengendara Kijang sudah seperti itu, ia malah seperti tidak bersalah sedikitpun, mobilnya masih tetap melaju kencang di depan dan menyelip beberapa mobil yang ada. Jantungku masih deg degan, berdebar kencang dan sedikit stress dengan kejadian itu. Kemudian mobil itu hilang dari pandanganku. 

Sembari melaju, sedikit suasana hatiku mulai tenang, debar di jantungpun mulai kurang. Tak lama sampailah aku di kawasan pasar Simpang Aru. Jalan lurus yang aku tempuh tadi kembali mentok dengan prapatan dan lampu merah lagi. Di simpang tiga ini aku tidak lagi mengambil jalan lurus, tapi harus belok kanan, maka kembalilah aku terjebak dengan lampu merah. Tak lama lampu hijau menyala, beberapa buah mobil di depanku mulai melaju. Aku ambil jalan kanan memasuki jalan Aru menuju daerah Marapalam. Di depan SMEA 2 di jalan Aru ini aku kembali berpapasan dengan mobil kijang yang memepetku tadi. Si sopirnya celengak celinguk ke arahku. Karena pada waktu keluar dari parkiran gedung BCA tadi, aku  memang sengaja menurunkan sebagian kaca mobil sebelah kiri dan kanan, dan tidak menghidupkan AC, maka langsung si sopirnya melihatku, aku pun langsung menoleh ke arah mobilnya tepatnya mobil di sebelah kiriku. Ternyata sopirnya adalah seorang bapak-bapak yang sudah agak bermur juga, paling berusia 50 tahun keataslah..itu perkiraanku.

Mobilnya selalu saja memepet kendraanku dan tetap menoleh ke arahku, karena aku merasa tidak mengenalinya..ya aku cuek saja..pada hal kesal di hatiku masih saja tersimpan untuknya atas kelakuannya yang tidak beradat di jalanan. Tak lama dia menghidupkan lampu sen kananya, aku pikir dia minta jalan hendak mendahuluiku. Akupun mengurangi kecepatan dan membiarkannya mendahuluiku. Sewaktu posisi mobilnya sudah benar-benar berada di depanku, si bapak-bapak itu melambaikan tangannya seolah memberi tanda menyuruh aku berhenti, lampu sen kirinya menyala. Aku kembali dibuatnya kaget, "ada apa lagi pikirku dalam hati". Akupun langsung menghidupkan lampu sen kiriku, dan ambil ancang2 untuk berhenti setelah memperhatikan keadaan di belakangku melalu kaca spion sebelah kiri.

Setelah aku parkirkan mobil  di posisi aman, aku turun, mobil bapak itupun sudah pula parkir di depan dan lansung turun pula dari mobilnya dan langsung memeriksa body mobilnya. Dengan niat baik, aku coba menghampiri dan bertanya dengan baik, karena aku merasa jalanku telah di hentikannya. Tau gak sob..bayanganku sebelumnya apa ?. Aku pikir sebelumnya bapak2 itu mengenali diriku, dan aku akan mendapat sapaan yang baik, eh tau-tau malah semprotan yang dahsyat yang aku dapatkan. Aku tanya begini..."Ada pak, kok bapak menyetop mobil saya?" . "Kamu tau tidak sih, kalau kamu telah menyenggol mobil saya". Dia membentaku Allahu Robbi...kontan aku kaget dan menarik mundur momory beberapa saat kebelakang. Aku tetap diam sembari mengatur kata2 yang pas untuk ku lontarkan pada pengguna jalan raya yang tidak beradat itu. Lagi-lagi kembali dia bicara dengan nada tinggi. "Ni, buktinya cat mobil putih kamu tinggal di mobila saya". Lucunya dia menunjukkan cat warna putih yang menempel di body mobilnya sebelah kiri. Kali ini giliranku untuk bersuara. Tak enak hati juga rasanya aku di bentak-bentak oleh bapak-bapak yang tidak beradat ini, yang sepatutnya beliaulah yang akan memberi contoh yang baik, malah mulutnya tidak bersekolah samasekali. "Oo, jadi mobil bapak keserempet mobil saya ?, dimana?" tanyaku masih dengan bahasa yang sopan. "Kok kamu tidak sadar sih," bentaknya lagi. Kali ini esmosiku (emosi) benar2  terpancing, maka naiklah beberapa oktaf nada tinggi suaraku. "Hey, bapak jangan seenaknya membentak-bentak orang, saya bukan anak bapak, yang bisa bapak bentak-bentak semaunya. Kalau menuduh orang itu mikir-mikir dulu. Sekarang saya yang tanya sama bapak, tolong bapak buktikan, di daerah mana saya menyenggol mobil bapak, seharusnya saya yang akan menuntut bapak, tau'?. Bapak sadar tidak ?, kalau tadi bapak yang memotong jalan saya kurang perhitungan. Seandainya tadi saya tidak sempat ngerem mendadak, satu bendi orang yang akan bapak bunuh., apa bapak sadar akan hal itu?.  Bapak itu diam..dalam hati aku sudah beberapa kali berucap Astaghfirullah dan berusaha menenangkan diri kembali. Isi otakku berkecamuk seketika.

Terdengar nada suaraku meninggi, tau-tau ratunya yang paroh baya turun dari mobilnya dan memperhatikanku tanpa ikut bicara. Si bapakpun kembali bicara, "tapi ini buktinya cat mobil kamu di mobil saya". Aku kembali bicara dengan nada suara yang aku tahan. Aku berusaha mengendalikan emosiku, dan bicara pelan2.  "Secara logikanya bapak..saya tidak pernah memotong jalan bapak, dan tidak pernah pernah berpapasan di sebelah kiri bapak, yang ada itu bapak yang memotong jalan saya dari sebelah kiri, bapak menyelip ke sebelah kanan bendi. Kalau mobil bapak akan kena oleh mobil saya, pastinya body mobil bapak akan berbekas di sebelah kanan ..bukan sebelah kiri," jelasku. "Sekarang bapak periksalah cat mobil saya, bagian mananya yang tergores atau yang tinggal di mobil bapak. Si bapak itu memeriksa sekeliling mobil  yang aku kendarai, tanpa bisa ia membuktikan. Tapi sepertinya dia masih tetap saja ngotot dan ngomel-ngomel entah apa pula yang di bilangnya., dan menuduh aku tetap salah. Tanpa basa-basi lagi, karna sudah terlalu banyak pula kata-katanya yang keluar tidak pada tempatnya, bahasaku yang paling dahsyatpun waktu itu tak terbendung lagi. "Bapak kalau mau mencari belanja lebaran jang kek ini donk caranya," semprotku sambil beranjak ke mobil mengambil secarik kertas note di box dan menuliskan alamat rumahku, kemudian aku balik ke mobilnya. "Ini alamat saya, bapak mau kita selesaikan dimana, silahkan hubunhgi saya, permisi !. Kertas kecil itu di ambilnya, sayapun balik ke mobil dan langsung tancap gas tanpa basa-basi lagi.

Sesampainya di rumah, Beduk berbuka puasa pun berkumandang. Pas masuk rumah sambil menenteng belanjaan, aku panggil adik angkatku yang profesinya memang sebagai tukang bengkel, dan kebetulan waktu itu dia berada di rumah. Semua makhluk di rumah sudah pada siap-siap untuk berbuka. "Jang.., tolonglah di periksa sebentar, itu body mobil ada apa ya ?, pintaku. Si ujangpun memeriksa mobil sekalian memasukkannya ke garase. Pas di waktu berbuka si Ujang kembali bertanya, "mang ada apa Uni dengan mobil, kalau dengan body mobil tidak ada masalah". "Ah, nantilah kita bicara, selesai sholat nanti uni ceritakan, sekarang kepala uni lagi panas ni," ucapku. Sementara kamipun melanjutkan buka puasa dengan gaya masing...(Pengalaman yang sangat menguji iman dan kesabaran, ternyata akupun lemah dalam hal ini)



12 komentar:

  1. WaduchHhh
    tnyata uji ksabarn tdk hnya
    smpai d titik wkt brbuka
    stlah brbukapun msh punya tgs lgi..
    untng th kmrin, smoga th ni lncar sgla tgs n ibdahnya...
    amin, smangt!

    BalasHapus
  2. Sebuah hari yang melelahkan,jangan-2 lupa bismillah hi hi hi... (becanda Uni.
    Kalo saja kamu marah didepanku, bbbrrrrr.... aku cuman bisa melongo doank.

    BalasHapus
  3. nah trus gmn kelanjutannya uni,,si bapak2 yg tdk punya tatakrama itu datang gak kerumah,,:)

    BalasHapus
  4. K3@, Jeng..ternyata tak ada batas waktu untuk menguji kesabaran itu rupanya....

    BalasHapus
  5. Obrolan blogger.com@, aku kalo lagi marah ataupun tidak,, yg pastinya gak bisa ngelihat kupingku, heeeee...


    Al-Kahfi@, Alhamdulillah sampai detik ini, g ada yg datang k rumah nagih, tp kisahnya ttp hangat di kepala utk di kenang...

    BalasHapus
  6. susah memang berhadapan dengan orang emosi yang asal nuduh orang. sabar ya

    BalasHapus
  7. yang sabar aja mbak :) cobaan di bulan ramadhan dan semoga selama nya bisa jadi orang yg sabar hehe...

    BalasHapus
  8. Kalo dari sudut pandangku sih, kalo kronologisnya seperti itu, saya pun akan bertindak seperti itu... Intinya kita jangan mau ditindas ataupun disalahkan karena sesuatu yang kita sendiri tidak kita lakukan... di manapun dan kapan pun.. Bulan Ramadhan bukan berarti kita harus selalu mengalah terhadap sesuatu itu... Kita harus panadai-pandai meletakkan, kapan kita harus mengalah dan kapan kita harus ngotot terhadap sesuatu dan terhadap siapapun...

    nice story kawan...

    BalasHapus
  9. Ami@, Benar sob..lucunya emosi tingkat tinggi, thanks commentnya..

    Dhani@, sptnya mank gitu dech, kesabaran kt mank di uji di setiap waktu, makasih ya

    Sam@, Intinya sih begitu sob, buat apa kita takut dg gertakkan seseorang kalo mmg kt berada di posisi yg benar, dan spt yg sob blg kt harus pinter2 menempatkan ssuatu itu pd tempatnya..Partamax dah buat komentnya, salam..

    BalasHapus
  10. mungkin saya juga akan bersikap sma seandainya saya sudah di hadapkan pda situasi seperti cerita di atas. Tapi kejadian tsb mudah2an bsa menjadi pelajaran berharga karena semua yg kita alamai adalah pesan ringan dari Allah sWT....mungkin saya juga akan bersikap sma seandainya saya sudah di hadapkan pda situasi seperti cerita di atas. Tapi kejadian tsb mudah2an bsa menjadi pelajaran berharga karena semua yg kita alamai adalah pesan ringan dari Allah sWT....

    BalasHapus
  11. Yayack@,Benar semua yg sobat bilang..barangkali smua itu adala teguran lembut dari Allah..thanks ya commenya..salam


    Oen-Oen@, heeee..gak galak2 amat kok, nie masih cakep kalo senyum heeee(pede amir ah), kalo itu dlm rangka membela diri aja, situasinya pun di jalanan.

    BalasHapus

Komentar anda yang berupa saran ataupun kritikan adalah masukan untuk sempurnanya postingan ini. Terimakasih telah berkomentar..!!